Kunun : SI BUJANG KANGKUNG
Oleh : ilham kurniawan
Kisah ini diambil dari kunun atau cerita pengantar tidur
orang zaman dahulu dikerinci yang diwariskan secara turun temurun diceritakan
kepada anak mereka sebagai hiburan dan pesan moral yang mendidik.
Al kisah hiduplah sibujang kangkung yang pada saat itu ia
dilahirkan oleh seorang ibu akan tetapi ia lahir tidak berwujud sebagaimana
manusia biasa tetapi lebih mengarah ke binatang yaitu katak atau kangkung
bahasa kerinci. Ibunya menghanyutkannya ditepi sungai batang marao dan lalu
berkata “ merantaulah nak, dan kelak kalau engkau akan menemukan jatidiri mu,
pergilah ibu selalu mengiringimu dengan do’a” lalu sikangkung pun beranyut
menaiki daun sintuh dan berlayar banyak tantangan yang ia hadapi selama
perjalanan tetapi masalah demi masalah dihadapinya hingga ia sampai pada sungai
yag deras dan dalam hampir saja ia tengelam akan tetapi ia selamat dan tertidur
maka sampailah ia disuatu negeri “antah berantah” lalu bertemulah sikangkung
dengan penunggu sungai muhut yang berjanggut merah berserban putih bak para kyai
atau syekh dan memakai sebuah tongkat. Maka ia pun bertanya kepada penunggu
tersebut “wahai orangtua jikalau boleh tau dimana aku sekarang ini “ lalu
penunggu itupun menjawab “ wahai anak muda kamu sudah sampai diakhir
perjalananmu yaitu disungai muhut” lalu iapun bercerita kepada penunggu akan
nasib yang menimpanya lalu penunggu tersebut memberikannya sebuah hadiah
untuknya karena tidak ada seorangpun yang pernah sampai dan menginjakkan kaki
di sungai muhut tempat ia tinggal maka ia mengetahui bahwa sikangkung adalah
orang pilihan untuk menjaga amanah leluhurnya maka ia memberikan tongkatnya dan
benda pusakanya dan setelah itu dengan izin allah berubah lah sikangkung
menjadi manusia seutuhnya yang bertubuh kekar dan memiliki ilmu kesaktian dan
penunggu sungai itupun berpesan kepada sikangkung agar ia tidak semberangan
menggunakan ilmunya karena sebaik-baik ilmu yaitu bermanfaat bagi diri sendiri
dan saling membantu antar sesama manusia ia juga mengajarkannya kita harus
memiliki jiwa dan hati yang besar agar tidak gegabah dan sombong jika kalau
bertemu dengan orang yang berniat jahat kepada kita sebaiknya bersabar lah dan
hindarilah anggap saja “angin lalu” atau tidak terjadi sesuatu apapun dan kalau
masih juga tetap juga bersabar dan anggap saja kawan bergurau sesama gedang
atau kawan sebaya, jika masih juga maka janganlah mundur dan hadapilah hanyalah
allah yang mengetahui bagaimana kesudahannya karena allah bersama orang-orang
yang bersabar.
Lalu sibujang kangkung pamit kepada orangtua tersebut
dan kembali kekampung halamannya